animasi  bergerak gif

Minggu, 14 November 2010

Letusan Gunung Merapi 2010

source link

Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Merapi di Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan sedikitnya 28 orang tewas, termasuk Mbah Maridjan.[1].
Kronologi:[2]
  • 20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK Yogyakarta.
  • 21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.
  • 25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada pukul 06.00 WIB.
  • 26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.[3]
  • 27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.
  • 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
Berikut adalah kronologi letusan Gunung Merapi[4]:
  1. Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit
  2. Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit
  3. Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit
  4. Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit
  5. Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit
  6. Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit
  7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo
  8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman
  9. Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit
  10. Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit
  11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membumbung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
  12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
  13. Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggara

Foto Merapi tanggal 26 April 2006 (NASA)
Gunung Merapi menyemburkan awan panas dan material vulkanik (APPhoto)
Foto & Gambar Gunung Merapi Meletushttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZsy-EGQRWOhoteZesghHqNM7e4C0zAtIo4hAH0P9MbgcHS85s7mynqv4c8D1SCgsqIIdO88R-B3RG6SEODKOlPj3TVSQ4KyRDkTPfc7PllwbkOGk7Z5t26SR7eh3PbAErrcn9CSywTLc/s1600/98596_letusan-gunung-merapi-tahun-2006_300_225.jpg

 Perkembangan Ancaman Bencana Merapi dan Penanganan Secondary Impact
Sumber : Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi (it-datin)
Tanggal : 10/11/2010
Yogyakarta, 10/11 (Media Center Kominfo) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr. Syamsul Maarif, MSI menyatakan bahwa BNPB telah mengantisipasi secondary impact dari bencana Gunung Merapi.
“Kami sudah mengambil langkah antisipasi kemungkinan banjir lahar yang datang dari hulu,’’ katanya. Hingga pagi ini, 10 November 2010, sejumlah langkah telah dilakukan, antara lain dengan melakukan pengerukan di Kali Code. “Pengerukan ini untuk memperlancar aliran sungai dan mengangkat pasir-pasir yang berasal dari muntahan Merapi,’’ dan meyiapkan recana kontingensi.
Sementara itu, batuan besar muntahan Gunung Merapi tampaknya sebagian berhasil tertahan di dam sabo yang terdapat di hulu Sungai Gendol, Sungai Kuning, Sungai Boyong, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng. Di sejumlah sungai di kawasan lereng Merapi ada sekitar 200 dam sabo yang berfungsi sebagai penahan luncuran material vulkanik dalam bentuk lahar dingin.
  Sebagai antisipasi dampak luapan lahar dingin tersebut, warga yang berada di tepi sungai diminta untuk tetap menjaga jarak minimal 500 meter dari pinggiran sungai.
Guna memastikan pelaksanaan pengerukan, Kepala BNPB Syamsul Maarif  terjun langsung sejak pagi hari meninjau pekerjaan pengerukan di Kali Code. Setelah itu, ia meninjau sejumlah titik-titik pengungsian sementara (TPS) maupun tempat pengungsian akhir (TPA) di wilayah Kabupaten Bantul.
Hingga hari ini telah dilaporkan jumlah korban meninggal tercatat 151 korban jiwa (135 di Jawa Tengah dan 16 di Yogyakarta), luka-luka yang dirawat inap sebanyak 382 orang, jumlah pengungsi 320.090 (59.232 berasal dari Yogyakarta dan 260.858 dari Jawa Tengah).
 Sementara itu telah diterima bantuan kemanusiaan ESDM yang mengkoordinir perusahaan energi dan pertambangan di Indonesia. Bantuan berupa dana tunai sebesar $100.000 yang akan ditransfer ke rekening khusus BNPB dan bantuan lainnya berupa layanan distribusi air bersih dan MCK yang akan dipasang segera. 

Minggu, 07 November 2010

Gempa Bumi dan Tsunami Mentawai 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami_Mentawai



Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010 terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan 7,7 MW[1] gempa bumi terjadi dilepas pantai Sumatera. Terjadi di lepas pantai Sumatra, Indonesia. United States Geological Survey (USGS) menyatakan gempa terjadi pada pukul 21:42 waktu lokal (14:42 UTC), sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu, dekat dengan Kepulauan Mentawai. USGS awalnya melaporkan episentrum gempa bumi terjadi pada kedalaman 20.5 mil (33,0 km),[2] tapi kemudian melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8.8 mil (14,2 km).[3] dan kemudian 12.8 mil (20,6 km) USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo gempa 7,5 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,7 skala richter.[1]
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan kemungkinan tsunami disampaikan, tetapi kemudian dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG menyatakan, gempa bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tapi tidak ada kerusakan maupun korban jiwa yang dilaporkan. BMKG menyatakan bahwa gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,2 skala richter.[3] Namun, setelah Peringatan dari BMKG dicabut, Tsunami-pun terjadi setinggi 3-10 Meter dan setidaknya menghilangkan 77 Desa di Kepulauan Mentawai.[4] Berdasarkan laporan Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami,[5] [6] yang dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang menghantam dua perahu sewaan.[7] Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami keterlambatan.

 

Korban Tewas Tsunami Mentawai Mencapai 448 Orang


 

Nusantara / Senin, 8 November 2010 10:15 WIB
Metrotvnews.com, Mentawai: Korban tewas akibat gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, mencapai 448 orang. Data itu dirilis Koordinator Posko Tanggap Darurat  Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mentawai, Paulinus, Senin (8/11).

"Satu jenazah lagi yang sulit dikenali ditemukan warga Munte Baru-Baru Kecamatan Pagai Utara pada Minggu sore," kata Paulinus.

Ia belum bisa mengumumkan identitas korban secara lengkap. Ia masih harus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Selain itu, upaya pencarian masih dilakukan. Pasalnya, sebanyak 56 warga belum ditemukan. http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2010/11/08/33567/Korban-Tewas-Tsunami-Mentawai-Mencapai-448-Orang

Banjir Wasior,Papua 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Wasior_2010

Banjir Wasior 2010 adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat.[1]

Sebab

Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap.[1][2]

 Dampak

Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan.[3] Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur.[4] Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.[5]
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang.[4][6] Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire.[4][7] Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian.[8] Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.[6]

Tanggapan

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengupayakan dan memberikan bantuan kepada korban banjir bandang dengan memberikan bantuan sandang dan pangan serta bantuan obat-obatan.[5]

http://adibowo.com/banjir-bandang-wasior-teluk-wondama-papua-barat-foto-video/

Korban Banjir Wasior 159 Tewas, 145 Belum Ditemukan

TEMPO Interaktif, Wasior - Jumlah korban tewas akibat banjir Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, hingga Selasa (19/10) mencapai 159 orang, dan 145 lainnya dinyatakan hilang. Pencarian korban meninggal sore tadi dilakukan di dalam Kota Wasior dan sekitarnya.

“Seorang korban meninggal di RSUD Nabire setelah dibawa kemarin. Jumlah saat ini dimungkinkan akan terus bertambah,” kata Letkol Kav. Edward Sitorus, Koordinator Penanggulangan Bencana Banjir Wasior, Selasa (19/10).
Korban banjir, kata Edward, rata-rata ditemukan dalam kondisi tertimbun lumpur dan reruntuhan. Pencarian dari pagi hingga sore tadi dilakukan sambil membersihkan jalan yang penuh lumpur dan bebatuan. “Kita juga mengangkat sisa-sisa kayu, jadi sambil mencari korban juga membersihkan dalam kota,” ujarnya.

Sementara itu jumlah pengungsi Wasior sampai hari ini masih sebanyak 1.237 orang di Kodim Manokwari dan 1.246 lainnya di Balai Latihan Kerja Manokwari. Jumlah pengungsi di Nabire sebanyak 355 jiwa.

“Mereka yang tidak mengungsi hanya warga asli Wasior saja, sementara sebagian besar pendatang mengungsi dengan menumpang kapal laut,” kata Edward.

Di Wamena, Papua, belasan jurnalis menggalang dana untuk membantu korban banjir Wasior. Penggalangan dana dilakukan di pusat kota dengan membawa dus sumbangan. Aksi galang dana jurnalis di Wamena, sama seperti yang dilakukan puluhan pekerja pers di Merauke, pekan lalu. Banjir melanda Wasior dua pekan lalu.
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/10/19/brk,20101019-285865,id.html
BNPB Kirim Bantuan Logistik untuk Korban Banjir Bandang di Papua Barat
  http://www.bnpb.go.id/irw/beritapascabencana.asp?id=4 
Sumber : BNPB
Tanggal : 06/10/2010
 
Banjir bandang terjadi pada hari Senin pagi (4/10) akibat hujan lebat terus menerus selama 6 jam di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Banjir tersebut melanda 8 kampung, yaitu Kampung Wasior I dan II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi dan Kampung Wondiboy. Ibu kota distrik Wasior hancur total, dan hingga saat ini aktivitas masyarakat lumpuh total.
Pusdalops BNPB melaporkan korban meninggal tercatat sebanyak 56 orang, korban luka 60 orang (52 orang diantaranya telah dievakuasi ke Nabire, 7 orang dievakuasi ke Manokwari dan 1 orang lainnya dievakuasi keluar daerah Papua). Sementara itu 7 orang dilaporkan hilang.
 
Selain korban jiwa, bencana tersebut juga menimbulkan kerugian material. Data kerusakan yang telah dihimpun tercatat 31 rumah hanyut, 2 sekolah rusak berat, 1 rumah sakit rusak berat, 1 masjid rusak berat, 1 hotel rusak berat dan 4 jembatan tertimbun lumpur. BPBD setempat masih terus melakukan pendataan korban dan kerusakan.
 
BNPB telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp. 200 juta kepada Gubernur Papua Barat, dan tadi pagi, Rabu (6/10) pukul 6.03 telah diberangkatkan bantuan logistik seberat 10,5 ton, dengan rincian berupa tenda pleton 3 unit, tenda keluarga 80 unit, tenda gulung 200 lembar, velbed 60 unit, sandang 500 paket, kidsware 150 paket, family kits 150 paket, selimut 100 lembar, tikar 100 lembar dan makanan siap saji 2.250 paket. Nilai bantuan logistik diperkirakan sebesar Rp. 900 juta. Selain bantuan logistik, juga dikirimkan bantuan obat-obatan seberat 2,5 ton dan tim medis 7 orang dari Kementerian Kesehatan. Bantuan tersebut diangkut menggunakan pesawat boeing 737.  
 
BPBD provinsi bersama unsur PU, TNI dan Polri telah menuju lokasi bencana menggunakan kapal TNI AL KRI Kalakay serta membawa peralatan evakuasi dan pembersihan lumpur.
 
 
Kebutusan mendesak berupa tenda, obat-obatan, sembako, dapur umum, selimut dan pakaian.

Senin, 01 November 2010

Gempa bumi Sumatera Barat 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumatera_Barat_2009

Gempa bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009. [3] Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. [3] Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang[4], Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sedikitnya 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah rusak ringan[2].

Minggu, 31 Oktober 2010

Gempa bumi 2007


Gempa bumi Jawa Agustus 2007 adalah gempa bumi dengan kekuatan 7,5 pada Skala Richter terjadi pada 9 Agustus 2007 di hampir sebagian besar pulau Jawa, sebagian kecil pulau Sumatera dan Bali. Gempa bumi ini juga dapat dirasakan di beberapa wilayah di Malaysia. Pusat gempa terletak pada kedalaman 290 km di bawah permukaan laut 75 km barat kota Indramayu, Jawa Barat.
Gempa bumi Sumatera Barat Maret 2007 adalah serangkaian gempa bumi berkekuatan 5,8-6,4 skala Richter yang melanda sejumlah kabupaten di provinsi Sumatra Barat, Indonesia pada 6 Maret 2007 mulai pukul 10:49 WIB. Guncangan gempa terasa hingga ke Singapura dan Malaysia. Sampai tanggal 7 Maret 2007 korban meninggal akibat gempa ini dilaporkan

Rangkaian gempa

United States Geological Survey (USGS) mencatat terjadi dua gempa berkekuatan masing-masing 6,4 dan 6,3 skala Richter berselang sekitar dua jam. Gempa kedua terjadi pada koordinat 0,490° LS, 100,529° BT pada kedalaman 30 km, pada jRangkaian gempa
United States Geological Survey (USGS) mencatat terjadi dua gempa berkekuatan masing-masing 6,4 dan 6,3 skala Richter berselang sekitar dua jam. Gempa kedua terjadi pada koordinat 0,490° LS, 100,529° BT pada kedalaman 30 km, pada jarak 55 km timur laut Padang. Sembilan jam kemudian USGS mencatat gempa ketiga pada koordinat 0.287° LS, 100.605° BT. Intensitas gempa susulan ini lebih rendah, dengan magnitudo 4,9[1] [2][3].
Badan Meteorologi dan Geofisika melaporkan tiga kali gempa. Gempa pertama berkekuatan 5,8 pada skala Richter terjadi di koordinat 0,480° LS, 100,370 BT pada kedalaman 33 km dengan lokasi 19 km selatan Kota Bukittinggi.Gempa kedua berkekuatan 5,8 SR pada koordinat 0,5 LS dan 100,4 BT di sebelah barat daya Batusangkar, terjadi pukul 10.49. Gempa ketiga, dengan pusat gempa tak jauh dari gempa sebelumnya, memiliki koordinat 0,5 LS dan 100,5 BT berkekuatan 5,8 SR pada pukul 12.49.[4]
Menurut kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang pada hari kedua, untuk jumlah gempa yang terjadi mencapai 226 kali. Pada hari Kamis 8 Maret 2007 sampai tengah hari terjadi 45 kali gempa dengan intensitas antara 3,3 skala Richter hingga 4,2 skala Richter.[5]
Gempa di daerah Tanah Datar merusak baik bangunan warga, sekolah, perkantoran dan rumah ibadah. Untuk rumah rusak berat 3.110 buah, rusak sedang 3.437 buah dan rusak ringan 3.551 buah. Untuk Sekolah rusak berat 68 buah, rusak sedang 30 dan rusak ringan 40. Untuk Kantor rusak berat 18 buah, rusak sedang 9 buah dan rusak ringan 10 buah. Untuk Masjid/Mushalla rusak berat 74 buah, rusak sedang 28 buah dan rusak ringan 48 buah.[9]
Di Kota Padang Panjang data di Posko Penanggulangan Gempa 11 Maret 2007 menunjukkan fisik bangunan yang rusak bernilai sekitar Rp146,1 M. Kerusakan rumah penduduk Rp94,2 M dengan rincian 707 rusak berat (RB), 1,519 rusak sedang (RS) dan 1.843 rusak ringan (RR). Gedung kantor pemerintah yang rusak senilai Rp12 M (2 RB, 11 RS dan 25 RR). Sarana pendidikan SD negeri Rp 12,3 M (26 RB, 5 RS dan 14 RR), SMTP/SMTA/PT negeri dan swasta Rp 16,5 M (13 RB, 7 RS dan 13 RR). Sarana kesehatan Rp 2,5 M, rumah ibadah Rp 1 M, jalan Rp 5M. [10]arak 55 km timur laut Padang. Sembilan jam kemudian USGS mencatat gempa ketiga pada koordinat 0.287° LS, 100.605° BT. Intensitas gempa susulan ini lebih rendah, dengan magnitudo 4,9[2] [3][4].
Badan Meteorologi dan Geofisika melaporkan tiga kali gempa. Gempa pertama berkekuatan 5,8 pada skala Richter terjadi di koordinat 0,480° LS, 100,370 BT pada kedalaman 33 km dengan lokasi 19 km selatan Kota Bukittinggi.Gempa kedua berkekuatan 5,8 SR pada koordinat 0,5 LS dan 100,4 BT di sebelah barat daya Batusangkar, terjadi pukul 10.49. Gempa ketiga, dengan pusat gempa tak jauh dari gempa sebelumnya, memiliki koordinat 0,5 LS dan 100,5 BT berkekuatan 5,8 SR pada pukul 12.49.[5]
Menurut kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang pada hari kedua, untuk jumlah gempa yang terjadi mencapai 226 kali. Pada hari Kamis 8 Maret 2007 sampai tengah hari terjadi 45 kali gempa dengan intensitas antara 3,3 skala Richter hingga 4,2 skala Richter.[6]

Dampak

Bencana gempa bulan Maret 2007 ini telah merusak bangunan milik pemerintah dan warga, serta menyebabkan jatuhnya sejumlah korban tewas dan luka-luka. Jalan Padang-Bukittinggi dan Padang-Solok sempat macet karena tertimbun tanah longsor.
Selain itu gempa tersebut diperkirakan memicu aktivitas Gunung Talang[7]. Sebuah ngarai baru di nagari Gunung Rajo diperkirakan terbentuk akibat gempa.[8]

Korban

Jumlah korban tewas dalam bencana ini pada tanggal 6 Maret dilaporkan mencapai 70 orang. Namun pada hari berikutnya Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi meralat jumlah korban menjadi 52 orang, dengan alasan beberapa korban dihitung ganda.[9]

[sunting] Kerugian

Gempa di daerah Tanah Datar merusak baik bangunan warga, sekolah, perkantoran dan rumah ibadah. Untuk rumah rusak berat 3.110 buah, rusak sedang 3.437 buah dan rusak ringan 3.551 buah. Untuk Sekolah rusak berat 68 buah, rusak sedang 30 dan rusak ringan 40. Untuk Kantor rusak berat 18 buah, rusak sedang 9 buah dan rusak ringan 10 buah. Untuk Masjid/Mushalla rusak berat 74 buah, rusak sedang 28 buah dan rusak ringan 48 buah.[10]
Di Kota Padang Panjang data di Posko Penanggulangan Gempa 11 Maret 2007 menunjukkan fisik bangunan yang rusak bernilai sekitar Rp146,1 M. Kerusakan rumah penduduk Rp94,2 M dengan rincian 707 rusak berat (RB), 1,519 rusak sedang (RS) dan 1.843 rusak ringan (RR). Gedung kantor pemerintah yang rusak senilai Rp12 M (2 RB, 11 RS dan 25 RR). Sarana pendidikan SD negeri Rp 12,3 M (26 RB, 5 RS dan 14 RR), SMTP/SMTA/PT negeri dan swasta Rp 16,5 M (13 RB, 7 RS dan 13 RR). Sarana kesehatan Rp 2,5 M, rumah ibadah Rp 1 M, jalan Rp 5M. [11]

Gempa Bumi Bengkulu 2007 adalah rangkaian gempa yang terjadi di Palung Jawa, di lepas pantai Bengkulu, Sumatra, Indonesia. Gempa ini menimbulkan peringatan tsunami di pantai-pantai Samudra Hindia, yang kemudian dicabut.
Gempa awal memiliki kekuatan 8.4 Mw [1] atau 7.9 SR[2], terjadi pada tanggal 12 September 2007 pukul 18.10 WIB[5]. Pusat gempa terletak kira-kira 10 km di bawah tanah, sekitar 105 km lepas pantai Sumatra, atau sekitar 600 km dari ibukota Jakarta. Gempa utama ini diikuti oleh serangkaian gempa susulan, yang berkekuatan sekitar  5 through 6 Mw pada patahan yang sama. Gempa utama tersebut juga disusul dengan gelombang pasang yang kemudian membanjiri sedikitnya 300 rumah penduduk dan bangunan publik di Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai sampai setinggi 1 meter.[6]
Gempa besar kedua terjadi dengan kekuatan 7.8  Mw,[7] pada 13 September (WIB) di daerah Kepulauan Mentawai, 2.526°LS 100.963°BT -- 188 km dari Padang, Sumatra Barat, di kedalaman 10 km. Gelombang pasang yang terjadi di Thailand dan pengamatan ilmiah lainnya di Samudra Hindia setelah gempa kedua ini memicu peringatan tsunami kedua.[8]

Gempa bumi Sumatera (Nias) 2005

http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumatera_2005
Gempa bumi Sumatera 2005 terjadi pada pukul 23.09 WIB pada 28 Maret 2005. Pusat gempanya berada di 2° 04′ 35″ U 97° 00′ 58″ T, 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah barat Sibolga, Sumatra atau 1400 km barat laut Jakarta, sekitar setengah jarak antara pulau Nias dan Simeulue. Catatan seismik memberikan angka 8,7 skala Richter (BMG di Indonesia mencatat 8,2) dan getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya [1].
Dengan kekuatan sebesar 8,7 SR, gempa ini merupakan gempa bumi terbesar kedua di dunia sejak tahun 1964. Segera setelah terjadi, muncul peringatan akan kemungkinan datangnya tsunami yang akhirnya tidak terjadi.
Gempa ini kemungkinan terpicu oleh gempa sebelumnya pada bulan Desember 2004, gempa bumi Samudra Hindia 2004.

Getaran terasa di beberapa provinsi di Sumatra: Sumatra Utara, Aceh, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu dan Palembang. Gempa selama lima menit tersebut memutuskan aliran listrik dan telepon di sebagian pulau Sumatra.

29 Maret 2005

  • Pemerintah Indonesia pada awalnya memperkirakan korban sebanyak 2.000 orang. Namun laporan Depkes kemudian menyatakan korban di Nias sebanyak 300 orang dan pengungsi sebanyak 2.000 orang. Data yang berbeda juga datang dari Depsos yang memberi angka 320 korban. [2]
  • Di kota Palembang, gempa terjadi bersamaan dengan hujan angin.
  • Aliran listrik juga padam di Medan.
  • Kabupaten Aceh Singkil dilaporkan rusak dengan jalan-jalan retak dan tiang listrik bertumbangan.
  • Di Padang, warga mengantri di SPBU; bersiap untuk melarikan diri dari kemungkinan datangnya tsunami.
  • Nias menjadi salah satu tempat dengan kerusakan terparah. Sekitar 290 orang kemungkinan telah meninggal. Kota terbesar di Nias, Gunungsitoli dilaporkan mempunyai banyak gedung yang rusak berat (sekitar 60% [3]). Menara bandara juga rubuh dan jalan-jalan tampak retak.
  • Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedianya akan berangkat ke Australia untuk kunjungan kerja menunda kepergiannya dan memilih pergi ke Nias.
  • Tercatat ada tsunami kecil setinggi 3-4 meter di Simeulue dan Singkil.
  • Pemerintah Amerika Serikat dan Australia berjanji akan memberikan bantuan kepada Indonesia. Australia akan menyumbangkan bantuan sebesar 1 juta dolar Australia dalam bentuk hibah serta mengirimkan peralatan dan anggota medis ke Nias.

30 Maret 2005

  • Pemerintah Jepang menyatakan akan memberikan bantuan sebesar 15 juta Yen dan mengirimkan tim medisnya ke Nias.
  • Kapal induk Australia, HMAS Kanimbla yang baru berangkat pulang ke negerinya setelah membantu proses pemulihan Aceh pasca bencana tsunami Desember berputar kembali ke arah Sumatra.
  • Pasukan Spanyol yang rencananya akan keluar dari Aceh memutuskan untuk bergerak ke Nias.
  • Hingga malam , sudah 217 mayat yang dievakuasi warga secara gotong royong. Jumlah itu diperkirakan akan melonjak mengingat sebagian besar korban masih tertimbun di bangunan. Sementara itu, 30 orang dipastikan tewas di Kecamatan Teluk Dalam.
  •  

31 Maret 2005

  • Jumlah korban versi Depsos melonjak ke 361 orang (344 di Nias, 17 di Simeulue), sedangkan data Pemprov NAD (Aceh) menyatakan bahwa jumlah korban di Aceh adalah 34 orang yakni 17 orang di Sinabang dan 14 orang di Singkil.
  • Wakil Bupati Nias menyatakan bahwa Nias kesulitan mendapatkan air bersih akibat jalur pipa bawah tanah yang rusak.

2 April 2005

  • 9 anggota Pasukan Pertahanan Australia hilang, kemungkinan meninggal, setelah pesawatr mereka jatuh di Nias.

7 April 2005

  • Terjadi gempa di bengkulu pada jam 18.20 WIB hari Rabu (6-4-2005) dengan kekuatan 4,8 SR dengan kedalaman lebih dari 50 km . ini merupakan pusat gempa yang baru (Bengkulu selatan) menurut badan BMG Kepahiang. akibat dari gempa ini banyak penduduk di kota bengkulu mengungsi ke daerah yang lebih tinggi, karena ada isu akan terjadi tsunami.
  • Namun sampai pukul 23.00 WIB tidak terjadi apa-apa, akibatnya penduduk kembali kerumahnya masing-masing dan tetap waspada

Bencana Alam di Indonesia Didominasi Banjir

http://www.antaranews.com/berita/1267708547/bencana-alam-di-indonesia-didominasi-banjir
Bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang 2009 hingga 2010 didominasi akibat banjir dengan prosentase sebanyak 60 persen disusul oleh longsor, gempa bumi dan tsunami, demikian dikatakan Direktur Perbaikan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Untung Sarosa di Bandung, Kamis.

"Bencana alam yang terjadi kebanyakan diakibatkan oleh material air seperti halnya banjir dan untuk longsor meski tidak murni penyebabnya air namun sangat berkaitan erat khususnya saat curah hujan sangat tinggi," katanya.

Ia menjelaskan terjadinya pergeseran tanah juga cenderung diakibatkan oleh air meski harus dalam curah hujan yang sangat tinggi atau diatas 150 mm per hari.

"Rekahan yang terjadi akibat gempa mampu melongsorkan sebuah bukit setelah curah hujan sangat tinggi seperti halnya yang terjadi di Perkebunan Dewata, Pasirjambu, Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu," ujarnya.

Selain air, kerusakan lingkungan seperti penggundulan hutan juga memicu terjadinya bencana alam di Indonesia. "Hal ini bisa terjadi karena dibawah tanah yang gembur terjadi penampungan-penampungan air yang pada batas waktu tertentu tanah tidak dapat menahan bebannya sehingga terjadi longsor," kata Untung.

Disaat terjadinya bencana, lanjut Untung, banyak korban yang berjatuhan tidak hanya manusia juga harta benda dan infrastruktur pelayanan umum. "Hal ini yang harus juga diperhatikan oleh Pemerintah Daerah khususnya yang memiliki jalur-jalur merah," ujarnya.

"Di Baleendah, Kabupaten Bandung sudah semestinya perumahan yang berada di bantaran sungai dibangun dengan cara rumah panggung dengan ketinggian tertentu sehingga dapat meminimalisasi jumlah kerugian nyawa dan materi," ujarnya.

Begitu pula di wilayah rawan longsor, rumah yang harus dibangun tidak berupa tembok yang langsung menempel ke tanah seharusnya dibuat rumah panggung sehingga air dapat terserap oleh tanah dan tidak membentuk bendungan-bendungan.

"Getaran tanah mampu merobohkan bangunan sehingga bakal menimbulkan korban jiwa seperti halnya di Nyalindung, Kabupaten Sukabumi dan Pasirjambu, ketegasan dan pengawasan pemda berperan penting dalam hal ini jika relokasi sulit dilakukan," ujarnya.

Menurut Untung, daerah-daerah di Indonesia yang rawan bencana alam diantaranya adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
(U.K-IP/R009)

Gempa dan Tsunami Sumatera 2004

Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh.
Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° EKoordinat: 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, ikhtisar lokasi gempa Intensitas Seismografis Densitas Peta GoogleSumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Langka, Inda, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.



Masjid Agung Baiturrahman stelah Tsunami
Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat Aceh dan Sumatra Utara.

REPUBLIK INDONESIA

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).[5] Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,[6] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara[32] yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni[33], yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil laut.
Dikarenakan letaknya Indonesia seringkali terjadi berbagai macam bencana alam,seperti Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Gunung meletus,Puting beliung, Tanah longsor dan banyak lagi.