Gempa bumi Jawa Agustus 2007 adalah
gempa bumi dengan kekuatan 7,5 pada
Skala Richter terjadi pada
9 Agustus 2007 di hampir sebagian besar pulau
Jawa, sebagian kecil pulau
Sumatera dan
Bali.
Gempa bumi ini juga dapat dirasakan di beberapa wilayah di
Malaysia. Pusat gempa terletak pada kedalaman 290 km di bawah permukaan laut 75 km barat kota
Indramayu,
Jawa Barat.
Gempa bumi Sumatera Barat Maret 2007 adalah serangkaian
gempa bumi berkekuatan 5,8-6,4
skala Richter yang melanda sejumlah kabupaten di provinsi
Sumatra Barat,
Indonesia pada
6 Maret 2007 mulai pukul 10:49
WIB. Guncangan gempa terasa hingga ke
Singapura dan
Malaysia. Sampai tanggal
7 Maret 2007 korban meninggal akibat gempa ini dilaporkan
Rangkaian gempa
United States Geological Survey (USGS) mencatat terjadi dua gempa berkekuatan masing-masing 6,4 dan 6,3
skala Richter berselang sekitar dua jam. Gempa kedua terjadi pada koordinat 0,490°
LS, 100,529°
BT pada kedalaman 30
km, pada jRangkaian gempa
United States Geological Survey (USGS) mencatat terjadi dua gempa berkekuatan masing-masing 6,4 dan 6,3 skala Richter berselang sekitar dua jam. Gempa kedua terjadi pada koordinat 0,490° LS, 100,529° BT pada kedalaman 30 km, pada jarak 55 km timur laut Padang. Sembilan jam kemudian USGS mencatat gempa ketiga pada koordinat 0.287° LS, 100.605° BT. Intensitas gempa susulan ini lebih rendah, dengan magnitudo 4,9[1] [2][3].
Badan Meteorologi dan Geofisika melaporkan tiga kali gempa. Gempa pertama berkekuatan 5,8 pada skala Richter terjadi di koordinat 0,480° LS, 100,370 BT pada kedalaman 33 km dengan lokasi 19 km selatan Kota Bukittinggi.Gempa kedua berkekuatan 5,8 SR pada koordinat 0,5 LS dan 100,4 BT di sebelah barat daya Batusangkar, terjadi pukul 10.49. Gempa ketiga, dengan pusat gempa tak jauh dari gempa sebelumnya, memiliki koordinat 0,5 LS dan 100,5 BT berkekuatan 5,8 SR pada pukul 12.49.[4]
Menurut kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang pada hari kedua, untuk jumlah gempa yang terjadi mencapai 226 kali. Pada hari Kamis 8 Maret 2007 sampai tengah hari terjadi 45 kali gempa dengan intensitas antara 3,3 skala Richter hingga 4,2 skala Richter.[5]
Gempa di daerah Tanah Datar merusak baik bangunan warga, sekolah, perkantoran dan rumah ibadah. Untuk rumah rusak berat 3.110 buah, rusak sedang 3.437 buah dan rusak ringan 3.551 buah. Untuk Sekolah rusak berat 68 buah, rusak sedang 30 dan rusak ringan 40. Untuk Kantor rusak berat 18 buah, rusak sedang 9 buah dan rusak ringan 10 buah. Untuk Masjid/Mushalla rusak berat 74 buah, rusak sedang 28 buah dan rusak ringan 48 buah.[9]
Di Kota Padang Panjang data di Posko Penanggulangan Gempa 11 Maret 2007 menunjukkan fisik bangunan yang rusak bernilai sekitar Rp146,1 M. Kerusakan rumah penduduk Rp94,2 M dengan rincian 707 rusak berat (RB), 1,519 rusak sedang (RS) dan 1.843 rusak ringan (RR). Gedung kantor pemerintah yang rusak senilai Rp12 M (2 RB, 11 RS dan 25 RR). Sarana pendidikan SD negeri Rp 12,3 M (26 RB, 5 RS dan 14 RR), SMTP/SMTA/PT negeri dan swasta Rp 16,5 M (13 RB, 7 RS dan 13 RR). Sarana kesehatan Rp 2,5 M, rumah ibadah Rp 1 M, jalan Rp 5M. [10]arak 55 km timur laut
Padang. Sembilan jam kemudian USGS mencatat gempa ketiga pada koordinat 0.287°
LS, 100.605°
BT. Intensitas gempa susulan ini lebih rendah, dengan magnitudo 4,9
[2] [3][4].
Badan Meteorologi dan Geofisika melaporkan tiga kali gempa. Gempa pertama berkekuatan 5,8 pada skala Richter terjadi di koordinat 0,480°
LS, 100,370
BT pada kedalaman 33 km dengan lokasi 19 km selatan
Kota Bukittinggi.Gempa kedua berkekuatan 5,8 SR pada koordinat 0,5 LS dan 100,4 BT di sebelah barat daya Batusangkar, terjadi pukul 10.49. Gempa ketiga, dengan pusat gempa tak jauh dari gempa sebelumnya, memiliki koordinat 0,5 LS dan 100,5 BT berkekuatan 5,8 SR pada pukul 12.49.
[5]
Menurut kantor
Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang pada hari kedua, untuk jumlah gempa yang terjadi mencapai 226 kali. Pada hari Kamis
8 Maret 2007 sampai tengah hari terjadi 45 kali gempa dengan intensitas antara 3,3 skala Richter hingga 4,2 skala Richter.
[6]
Dampak
Bencana gempa bulan Maret 2007 ini telah merusak bangunan milik pemerintah dan warga, serta menyebabkan jatuhnya sejumlah korban tewas dan luka-luka. Jalan Padang-Bukittinggi dan Padang-Solok sempat macet karena tertimbun tanah longsor.
Selain itu gempa tersebut diperkirakan memicu aktivitas
Gunung Talang[7]. Sebuah ngarai baru di nagari
Gunung Rajo diperkirakan terbentuk akibat gempa.
[8]
Korban
Jumlah korban tewas dalam bencana ini pada tanggal 6 Maret dilaporkan mencapai 70 orang. Namun pada hari berikutnya Gubernur Sumatera Barat
Gamawan Fauzi meralat jumlah korban menjadi 52 orang, dengan alasan beberapa korban dihitung ganda.
[9]
Gempa di daerah Tanah Datar merusak baik bangunan warga, sekolah, perkantoran dan rumah ibadah. Untuk rumah rusak berat 3.110 buah, rusak sedang 3.437 buah dan rusak ringan 3.551 buah. Untuk Sekolah rusak berat 68 buah, rusak sedang 30 dan rusak ringan 40. Untuk Kantor rusak berat 18 buah, rusak sedang 9 buah dan rusak ringan 10 buah. Untuk Masjid/Mushalla rusak berat 74 buah, rusak sedang 28 buah dan rusak ringan 48 buah.
[10]
Di Kota Padang Panjang data di Posko Penanggulangan Gempa 11 Maret 2007 menunjukkan fisik bangunan yang rusak bernilai sekitar Rp146,1 M. Kerusakan rumah penduduk Rp94,2 M dengan rincian 707 rusak berat (RB), 1,519 rusak sedang (RS) dan 1.843 rusak ringan (RR). Gedung kantor pemerintah yang rusak senilai Rp12 M (2 RB, 11 RS dan 25 RR). Sarana pendidikan SD negeri Rp 12,3 M (26 RB, 5 RS dan 14 RR), SMTP/SMTA/PT negeri dan swasta Rp 16,5 M (13 RB, 7 RS dan 13 RR). Sarana kesehatan Rp 2,5 M, rumah ibadah Rp 1 M, jalan Rp 5M.
[11]
Gempa Bumi Bengkulu 2007 adalah rangkaian gempa yang terjadi di
Palung Jawa, di lepas pantai
Bengkulu,
Sumatra,
Indonesia. Gempa ini menimbulkan peringatan
tsunami di pantai-pantai
Samudra Hindia, yang kemudian dicabut.
Gempa awal memiliki kekuatan 8.4
Mw [1] atau 7.9
SR[2], terjadi pada tanggal
12 September 2007 pukul 18.10 WIB
[5]. Pusat gempa terletak kira-kira 10 km di bawah tanah, sekitar 105 km lepas pantai
Sumatra, atau sekitar 600 km dari ibukota
Jakarta. Gempa utama ini diikuti oleh serangkaian
gempa susulan, yang berkekuatan sekitar 5 through 6 M
w pada patahan yang sama. Gempa utama tersebut juga disusul dengan gelombang pasang yang kemudian membanjiri sedikitnya 300 rumah penduduk dan bangunan publik di
Pulau Pagai,
Kepulauan Mentawai sampai setinggi 1 meter.
[6]
Gempa besar kedua terjadi dengan kekuatan 7.8 M
w,
[7] pada
13 September (WIB) di daerah
Kepulauan Mentawai, 2.526°LS 100.963°BT -- 188 km dari
Padang,
Sumatra Barat, di kedalaman 10 km. Gelombang pasang yang terjadi di
Thailand dan pengamatan ilmiah lainnya di
Samudra Hindia setelah gempa kedua ini memicu peringatan tsunami kedua.
[8]